UV Index: Perlu Pakai Sunscreen Nggak, Ya?

1. Introduksi

Sunscreen. Sumber: mskcc.org.

Belakangan ini, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengenakan sunscreen semakin meningkat berkat banyaknya edukasi dari berbagai sumber. Masyarakat semakin mengerti bahwa sinar UV tidak serta merta hanya membuat orang menjadi panas, terbakar, atau menggelap, tetapi juga penuaan dini serta kanker kulit.

Walaupun orang-orang makin mengerti bahwa perlindungan terhadap UV itu sangat penting, tidak jarang juga ditemui orang yang berusaha untuk ‘menawar-nawar’ dengan berbagai cara agar mereka bisa menghindari penggunaan sunscreen. Hal ini bisa dimengerti karena pengalaman menggunakan tabir surya seringkali tidak mengenakkan. Banyak orang yang mudah mengalami breakout saat mengenakan sunscreen. Selain jadi berjerawat, sunscreen juga terasa lengket dan pengap di kulit sehingga seringkali ia hanya digunakan di saat-saat ‘terpaksa’ saja seperti saat pergi ke pantai atau hiking. Bukannya orang semakin berusaha untuk membiasakan diri menggunakan sunscreen, banyak yang malah mencari celah agar mereka bisa menghindari penggunaan sunscreen dan salah satu jalan tersebut adalah dengan melihat UV index.

2. Apa itu UV Index?

UV Index  (Ultraviolet Index atau UVI) merupakan sebuah standar global klasifikasi intensitas sinar UV yang mencapai bumi menggunakan nilai atau skala 1 sampai 11+. Intensitas ini diukur menggunakan instrumen yang mengukur intensitas UV yang menerpa bumi secara langsung atau bisa juga berupa perkiraan komputer berdasarkan posisi matahari di langit dengan lokasi tempat yang diterpa sinar matahari beserta kondisi awan yang ada di lokasi yang sama[1].

Sistem UVI disusun dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadapa bahaya sinar UV terutama di saat-saat UV sedang intens dan berpeluang menyebabkan masalah kesehatan seperti kulit terbakar/sunburn sampai kanker kulit. UV indeks juga digunakan untuk membantu masyarakat menentukan sun protection yang paling tepat, dan di saat yang sama juga membiarkan masyarakat tahu saat yang tepat untuk mendapatkan paparan sinar UV yang cukup sehingga masalah kesehatan seperti defisiensi vitamin D yang bisa berujung pada berkurangnya kepadatan tulang bisa dihindari[2]. Oleh karena itu, banyak negara yang ikut menyertakan UV Index pada siaran prakiraan cuacanya.

UV Index menggunakan skala 1 sampai 11+. Berikut ini merupakan klasifikasi index tersebut beserta kapan sinar UV mulai menyebabkan kulit terbakar.

Skala UV Index dan jenis sun protection yang disarankan. Sumber: CBC.ca.

Keterangan:

  1. Skala 0-2: Bisa beraktivitas di luar ruangan tanpa harus menggunakan proteksi UV (atau cukup menggunakan proteksi yang minimal). Kulit masih bisa terbakar matahari kalau kulitmu jenis yang cerah dan beraktivitas terlalu lama di bawah sinar matahari langsung.
  2. Skala 3-5: Harus menggunakan sun protection berupa sunscreen dan baju berlengan panjang. Kulit bisa terbakar jika terpapar matahari cukup lama.
  3. Skala 6-11+: WAJIB MENGGUNAKAN SUN PROTECTION seperti sunscreen, baju dan celana panjang, kacamata anti UV, topi berpinggir lebar, dan selalu beraktivitas di bawah bayang bayang. Kulit bisa terbakar dalam waktu yang singkat.

Perlu kamu ketahui bahwa ada beberapa faktor lain yang menentukan pengukuran UV index, baik itu melalui pengukuran UV langsung atau menggunakan model komputer berbasis GPS. Pertama-tama, intesitas UV bisa ditentukan oleh posisi sinar matahari terhadap daerah tersebut. Semakin dekat posisi matahari dengan daerah tersebut, maka sinar matahari akan semakin intens. Kedua, kondisi cuaca seperti awan yang tebal juga bisa membuat intensitas UV menurun walaupun tidak semua negara menerapkan hal ini.

Posisi semu Matahari terhadap bumi. Semakin jauh posisimu dari matahari, semakin berkurang intensitas sinar UV di lokasimu. Sumber: PVEducation.
Posisi semu Matahari dari Khatulistiwa sepanjang tahun. Berbekal informasi ini, Pulau Jawa yang berada di sebelah Selatan Garis Khatulistiwa akan mendapatkan sinar UV terintens pada bulan Desember. Sumber: Google.

Sebagai pengetahuan tambahan, perubahan posisi Bumi saat mengitari Matahari lah yang menyebabkan Matahari seolah olah kelihatan ‘berpindah-pindah’ mengikuti musim, padahal gerakan Bumi mengikuti orbitnya terhadap matahari ini lah yang membuat matahari terlihat ‘bergeser’ yang akhirnya menyebabkan perubahan musim. FYI, pada saat equinox atau titik kulminasi, jika kamu berada di Tugu Kathulistiwa Pontianak, kamu akan mendapati matahari tepat berada pada posisi 90° dari Bumi sehingga bayangan yang terbentuk tepat di bawah objek tersebut. Ini juga merupakan saat di mana sinar UV teramat sangat intens di lokasi tersebut.

Pada saat Matahari tepat berada di garis Khatulistiwa, bayangan akan jatuh tepat di bawah objek tersebut. Foto di atas memperlihatkan telur yang bayangannya tepat di bawahnya. Titik Kulminasi seringnya terjadi di bulan Maret dan September. Sumber: BMKG Kalbar.

3. Pemakaian Sunscreen Berdasarkan UV Index?

Di negara-negara Barat seperti Kanada dan Australia, UV index seringkali disajikan bersama-sama dengan ramalan cuaca dan orang-orang yang ingin beraktivitas di luar ruangan diharapkan untuk menyusun bentuk kegiatan dan jenis proteksi terhadap sinar matahari yang tepat sesuai dengan UV index. Hal ini cukup masuk akal mengingat sinar matahari merupakan sesuatu yang seringkali didambakan di negara 4 musim dan ada juga yang ingin mendapatkan sinar matahari yang cukup agar bisa mendapatkan vitamin D yang cukup. Kamu pun bisa mendapatkan informasi yang serupa menggunakan aplikasi UVLens yang bisa kamu unduh gratis di Play Store (android). Karena UV Index juga dipengaruhi oleh lokasimu dengan matahari, aplikasi UVLens akan meminta kamu mengaktivasi GPS agar lebih memberikan informasi yang lebih akurat (plus ramalan cuaca).

Penampakan aplikasi UV Lens. Sumber: Gizmodo

Aplikasi sangat mudah dibaca: hijau berarti bisa beraktivitas dengan sun protection minimal dan di luar dari itu sebaiknya menggunakan protective clothing dan sunscreen. Sounds good, right? Not really.

4. Masalah dengan UV Index

Beberapa pemberi informasi UV Index sayangnya menggunakan erythemal UV sebagai target pengukurannya. Erythemal UV atau sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar matahari, sebagian besar disebabkan oleh sinar UVB yang kita ketahui tidak bisa menembus kaca dan masih bisa diserap oleh awan. Ini berarti, UV Index juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca setempat[3]. Apakah ini kabar baik? Sepertinya nggak.

Sinar UV tidak hanya berisi sinar UVB saja. Ada sinar UV berenergi tinggi lain yaitu UVA yang justeru bisa msuk ke lapisan kulit yang lebih dalam yang juga bisa merusak kulit. Selain merusak lapisan kolagen dan elastin, UVA juga mengurangi kemampuan kulit untuk mensintesis kolagen. SInar UVA juga mengaktivasi melanocyte yang menyebabkan hiperpigmentasi. The worst thing is, UVA mampu menembus awan dan kaca. Apa artinya?

98% sinar UVA masih bisa menembus awan tebal. Sumber: Pixels.

Di siang hari saat cuaca mendung, UV Index bisa saja terbaca rendah karena terhalang awan. Kita diberi rasa aman yang palsu karena di balik UV Index yang rendah, ada sinar UVA yang diam-diam masih bisa menembus awan. Kamu masih tetap bisa mengalami photodamage walaupun UV Index lagi ijoi-ijonya.

Hal lain yang tidak diukur oleh UV Index adalah pantulan UV dan elevasi. Sinar UV juga bisa dipantulkan oleh permukaan seperti kaca gedung, trotoar berwarna cerah, permukaan air, dan salju. Pantulan sinar UV ini bisa membuat sinar UV menjadi lebih intens dari hasil pengukurannya. Tinggimu dari permukaan bumi juga memengaruhi intensitas UV. Karena UV biasanya diukur di stasiun cuaca yang biasanya ada di dataran rendah dan citra satelit hanya membandingkan posisimu dengan matahari, kamu juga bisa mendapatkan pengukuran yang tidak tepat. Hal ini perlu kamu ketahui karena semakin tinggi lokasimu dari permukaan bumi (misalnya kamu tinggal atau beraktivitas di daerah pegunungan), maka semakin intens sinar UV yang kamu dapat.

5. Saran dan Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, ada baiknya kalau kamu jangan menggunakan UV Index sebagai satu-satunya alat untuk menentukan apakah kamu perlu pakai sunscreen atau tidak. Pakailah sunscreen setiap hari mulai dari saat matahari kelihatan sampai saat ia hampir terbenam walaupun saat itu sedang mendung sekalipun. Lebih baik kamu terbiasa dengan sun protective behaviour sedini mungkin daripada kamu main kucing-kucingan dengan sinar matahari berbekal UV Index tok.

Intinya, apapun kata UV Index, selama kamu masih tinggal di Indonesia dan tidak mau mengalami UV damage, gunakan sunscreen sejak matahari terbit sampai matahari terbenam.



[1] https://www.icnirp.org/en/applications/uv-index/index.html

[2] Kennel, K. A., Drake, M. T., & Hurley, D. L. (2010). Vitamin D deficiency in adults: when to test and how to treat. Mayo Clinic proceedings85(8), 752-7; quiz 757-8.

[3] https://www.nea.gov.sg/weather/ultraviolet-index

Leave a comment